Rabu, 21 April 2010

Minato_Kushina_Love_Story chapter end

Summary chapter ini: Singkat,padat dan jelas karena author udah mulai males bikinnya, Minato merid ma Kushina. Sehingga Minato menepati janjinya. Ia pun menjadi Hokage Keempat. Melengkapi Jurusnya: Hiraishin no Jutsu, Rasengan, dkk. Hidupnya sangat indah tanpa sadar sedikitpun akan adanya bahaya baru yang akan menimpa Konoha.
Bijuu, makhluk siluman berekor, bergerak menuju Konoha. Konon, Bijuu dibagi menjadi 9, sesuai jumlah ekornya, ekor 1Ichibi, ekor 2Nibi, dst. Kali ini ekor-ekoran(lho kok?) yang mendekati Konoha adalah ekor 9, Kyuubi.
Kyuubi, sesuai namanya, punya ekor 9(udah dijelasin tadi), berbentuk rubah berwarna merah. Berukuran raksasa. Menerjang apapun yang ada di depannya. Bahkan gunung sekalipun!
Kushina and Minato Story
Chapter IV
"Hoekk… Hoek.."Kushina muntah untuk yang ketiga kalinya minggu ini.
"Ada apa? Kamu sakit?" Tanya Minato perlahan sambil memegang kening Kushina.
"Entahlah… Aku tidak tahu…"jawab Kushina.
Minato cemas dengan keadaan Kushina, tapi Kushina tetap memaksa Minato untuk pergi ke kantor Hokage, meneliti Bijuu.
"Konoha lebih membutuhkanmu sekarang," Kushina berargumentasi.
"Tapi kau istriku," Minato balas berargumentasi, "Sudah sewajarnya aku mengkhawatirkanmu."
"Dengar, Aku.."
"Baiklah.. Baiklah.."Minato menyerah sebelum adanya debat panjang, "Tapi aku akan mengutus seseorang untuk menemanimu. Kau mengerti?"
"Aku baik-ba.." Minato tidak membiarkan Kushina menyelesaikan perkataannya dan langsung pergi.
Kushina membanting pintunya dengan kesal. Dia yakin dia baik-baik saja. Minato terlalu cemas, batinnya. Akan kubuktikan kalau aku baik-baik saja.
Rin datang beberapa saat setelah Kushina selesai membereskan sarapan.
"Kushina neechan, kudengar kau sakit," kata Rin.
"Senseimu itu terlalu melebih-lebihkannya," ujar Kushina dengan acuh tak acuh sambil melambaikan tangan. "Aku baik-baik saja. Aku tahu itu."
Tapi Rin tetap menatap Kushina dengan khawatir, "Neechan.. Mmm.. Apa Neechan yakin Neechan tidak…" dia memotong kalimatnya di tengah-tengah, "Hamil?"
Kushina tersentak. Perkataan Rin mengingatkannya kalau dia memang telat beberapa bulan ini. Rin membantu Kushina pergi ke RS Konoha untuk check up. Dan hasilnya, Kushina benar-benar hamil.
Minato pulang lebih cepat hari itu dengan wajah sangat senang dan bergairah. Dia melempar jubahnya. Membuat Kushina sedikit mengernyitkan kening karena ialah yang membuatkan jubah itu. Minato memeluk Kushina dan memutar-mutarkannya di udara dengan bahagia, lalu mendudukkan Kushina di sofa sambil berwajah cemas.
"Apa aku melukai bayinya?" Tanya Minato cemas sambil membelai perut Kushina. Kushina tertawa.
"Tentu saja tidak, baka. Dia aman-aman saja di dalam sini," jawab Kushina.
"Jadi, akan kita namakan siapa dia?" Tanya Minato lagi. Tapi pertanyaan itu mengambang di udara karena bel pintu rumah mereka berbunyi.
"Aku akan membukakan pintunya. Kau tunggu disini," ujar Minato sambil mengelus perut Kushina sekali lagi sebelum ia membuka pintu. Ternyata Jiraiya datang sambil membawa beberapa buah peach kalengan.
"Hai, aku dengar Kushina sedang hamil. Jadi aku membawakannya ini," kata Jiraiya sambil mengangkat kantong yang berisi buah peach kalengan.
"Ya, kami sedang merayakannya," Minato mengedikkan kepalanya ke dalam, "Masuklah sensei."
Kushina mempersiapkan makan siang selagi Minato dan Jiraiya bercakap-cakap di ruang makan. Sebenarnya Minato kurang setuju Kushina memasak sendirian selagi ia hamil, tetapi karena tetap Kushina memaksa maka beginilah jadinya.
"Jadi.. Anakmu lelaki atau perempuan?" Tanya Jiraiya.
"Laki-laki," jawab Minato sambil tersenyum lebar. "Tapi kami belum menemukan nama yang cocok untuknya."
"Ngomong-ngomong soal nama aku memikirkan sebuah nama yang ingin kumasukkan dalam novelku nanti. Aku mendapatkan ide ini di warung Ramen," Jiraiya tersenyum, "Naruto."
"Naruto, nama yang indah," ujar Kushina yang mendadak muncul di ruang makan sambil membawa makan siang.
"Ya, itu nama yang indah sekali. Bolehkah kami memberikan nama itu pada bayi kami?" Tanya Minato.
"Tentu saja," jawab Jiraiya. Raut wajah Minato dan Kushina tampak sangat bersahaja. Mungkin ini saat terindah dalam hidup mereka, Pikir Author.
Sayang kedamaian itu tidak berlangsung lama. Bijuu sudah semakin dekat dan Minato berhasil menemukan cara untuk mengantisipasi Bijuu tersebut. Hanya saja, cara tersebut membutuhkan tumbal sebuah nyawa dan sebuah tubuh manusia untuk tempat Bijuu itu disegel.
Minato kebingungan. Tapi tidak ada cara lain. Hanya inilah satu-satunya cara. Minato membulatkan tekad untuk memberikan nyawanya sebagai tumbal, tetapi siapakah satu orang lain lagi yang akan secara sukarela memberikan tubuhnya sebagai tumbal? Sebagai inang tempat bijuu tersebut hidup?
"Minato sensei!" panggil Rin dan Kakashi di luar jendela kantor Hokage. "Kushina Neechan…"
Minato merasa ada air terjun sedingin air es menderu tubuhnya. Kushina meninggal. Pendarahan akibat bersalin, kata para perawat di RS Konoha. Minato menjatuhkan tubuhnya. Lututnya berbunyi "duk" keras saat menghantam lantai. Para perawat keluar ruangan. Hanya Rin, Kakashi, Minato, bayi Naruto, dan Kushina yang sudah tidak bernapas yang ada di ruangan itu. Sunyi senyap. Hanya ada suara tangis Naruto yang kencang yang tertutup selimut, tanpa menyadari ibunya telah meninggal. Dan suara isak tangis Minato, sang Yondaime, yang kehilangan istrinya.
"Minato sen.." Kakashi hendak menepuk bahu gurunya tersebut, tapi Rin menahannya. Sambil menggeleng sedih Rin mengajak Kakashi pergi keluar kamar.
Minato sedih. Menangis. Terisak. Memikirkan bagaimana perasaan Kushina seandainya ialah yang meninggal. Ia telah bertekad. Tapi sekarang Kushinalah yang telah mendahuluinya pergi.
"Ooooeee.. Oooeee.." Naruto menangis kencang tanpa menghiraukan rasa sedih ayahnya.
Minato mengangkat wajahnya. Bergerak perlahan kearah Kushina yang tampak tidur dengan damai. Menyingkap selimut yang menutupi Naruto. Dan Minato menatap Naruto, darah dagingnya sendiri, untuk yang pertama sekaligus terakhir kalinya baginya.
Paras bayi itu sangat mirip dengannya. Rambut kuning. Minato dapat melihat warna mata biru gelap dari anak itu. Tapi saat Naruto tertawa karena melihat dirinya, Minato tahu bahwa sifatnya sangat mirip ibunya.
Minato menggendongnya dan tahu bahwa ia tak akan pernah bisa melakukan ini lagi. Tak akan pernah bisa mendengar bayi itu mengatakan "Papa" atau melihat langkah pertamanya. Takkan pernah bisa.
Minato mendekap erat bayi itu. Menangis diatasnya. Si bayi yang kurang menyukai air mata yang jatuh kebadannya agak sedikit mengerutkan kening. Minato berbisik di telinganya, "Maafkan aku harus melakukan ini padamu..Aku tahu ibumu takkan setuju.. Tapi dia pasti mengerti bahwa ini harus. Harus dilakukan demi Konoha.. Dan orang-orang akan melihatmu sebagai pahlawan.."bujuk Minato.
Sebelum Minato mengeratkan dekapannya dan meloncat keluar RS dari jendela, dia mencium kening Kushina sebagai tanda perpisahan terakhir. "Maafkan aku Kushina.. Aku harus melakukan ini.. Kita akan bertemu kembali.. Pasti.." bisiknya.
"Sensei.." Panggil Rin pelan sambil membuka pintu. Tapi Minato telah menghilang bersama si bayi, yang kontan membuat Rin panik dan mengguncang-guncang Kakashi sekencang mungkin untuk memberitahunya dimana Sensei berada.
"Mungkin di tempat bijuu," jawab Kakashi asal.
Rin terlanjur menyeretnya ikut. Kakashi menyesal telah mengatakan bahwa senseinya ada di tempat Bijuu.
Di tempat bijuu, Minato telah berhasil menyegel kyuubi di dalam tubuh Naruto. Kakashi berhasil menemukan tempat senseinya berada. Dengan sisa-sisa energinya, Minato memberikan pesan pada Kakashi.
"Anak ini… Adalah.. Seorang pahlawan.. Aku ingin… Penduduk desa menganggapnya begitu.." Minato tersenyum sebelum menutup matanya, "Yang bernama.. Namikaze Naruto…"
Sayangnya Kakashi tidak bisa mendengar ucapan terakhir Minato. Hujan pun turun. Menyapu basah bumi dan air mata di wajah Naruto yang tidak tahu apa-apa.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar